- di buku2 bacaan sewaktu di s.d. kita ssering membaca bahwa bangsa indonesia
itu bangsa yg ramah tamah;
- tahun lalu sewaktu saya berkunjung ke markas ppi india di new delhi, saya
bertemu dg tamu warga negara england (of indian origin) yg baru masuk islam dan
masuk islamnya di indonesia, tepatnya di bukit lawang, daerah danau toba,
sumatra utara. namanya kumar yg setelah masuk islam menjadi qomaruddin. cerita
singkatnya: dia sangat impressed dg keramah tamahan org indonesia, sehingga
perjalanannya ke indonesia waktu itu yg rencananya cuma 15 hari menjadi
diperpanjang sampai enam bulan dan bahkan ingin jadi warga negara indonesia.
dia sangat enjoy dg karakter org indo yg ramah, relax, dan suka canda. walau,
menurut dia, sisi negatifnya juga ada yaitu org indo itu suka iri pada org yg
berhasil
- di saudi arabia (mekkah dan madinah) oorg2 asing juga merasa terkesan dg sikap
keramah dan easy-going orng indonesia sebagaimana pernah dikatang oleh sejumlah
orang asing dari berbagai negara pada saya.
- di sisi lain kejadian2 yg hampir menghhapus kesan keramah tamahan org indo itu
juga tak kurang monumentalnya:
* mulai dari penggerebekan warga cina di medan, dan berpuncak pada perampokan
dan pemerkosaan warga cina oleh pribumi di jakarta menjelang jatuhnya suharto;
* pembunuhan sadis dan pengusiran puluhan ribu suku madura oleh suku dayak di
kalimantan beberapa bulan lalu;
* bentrokan di ambon yg berkecamuk antar muslim dan kristen;
* pengusiran besar2an warga non-aceh (terutama jawa) dari aceh sekitar dua
tahun lalu;
* mudahnya kita menggunakan kekerasan fisik kalau tersinggung dalam kehidupan
keseharian;
fakta2 itu membuat saya jadi bertanya-tanya:
1- betulkah bangsa indonesia adalah bangsa yg ramah tamah? kalau iya mengapa
mudah tersinggung, dan sering merefleksikan ketersinggungan itu dg bentrokan
fisik antara individu bahkan tak jarang membesar menjadi antar suku?
2- apakah keramah tamahan kita itu merupakan keramah tamahan palsu? atau
keramahan yg asli tapi blom matang (krn, kita bangsa dg peradaban yg masih
muda) sehingga keramahan kita selalu menginginkan take-n-give serupa dari orang
lain? dan bila kita tidak mendapatkannya menjadi marah dan kecewa yg berujud
pada perilaku kekerasan?
3- apakah keramah tamahan kita itu sekadar penutup dan kedok dari sikap budaya
kemalasan kita yg cenderung untuk enjoy, relax tapi ingin selalu enak in
literal sense?
saya ingin membagi keresahan ini dg temen2 Website barangkali ada yg dapat
berbagi info dan pencerahan pada saya.
Mario Gagho
Political Science,
Agra University, India
Tidak ada komentar:
Posting Komentar